Jumat, 11 Januari 2008

WE ARE ELEMENTAL GAZE


Kamu mungkin membayangkan jika musik elektronik itu adalah musik yang mahal- melihat perangkat DJ set, groove box, atau synthesizer bagi sebagian orang dianggap sebagai suatu yang eksklusif. Tak salah memang jika selama ini musik elektronik selalu dianggap sebagai sesuatu yang 'wah' karena perangkatnya yang sangat uncommon. Tapi itu semua bukan masalah bagi Elemental Gaze, band electronic/ ambient dari Bandung.

“Urusan bikin musik elektronik itu mahal atau murah itu sih kembali ke niat. Meski minimalis dan dengan komputer seadanya kamu tetap bisa membuat musik. Meski gak punya laptop, mungkin bisa pakai PC. Tergantung kemauan aja,” ujar Bilan (vocoder, synth, ambient). Hal senada pun diungkapkan oleh sang frontman Fuad (loops, song writer, keyboard), “yah, kalau dorongannya memang mau buat karya sudah seharusnya gak ada halangan lagi untuk buat musik. Meski medianya mahal atau murah, kalau masalah buat karya kalau udah ada niat yah jadi. Pada awalnya kita sendiri gak ada apa-apa, bahkan gak bisa mainin musik dengan benar tapi karena niat dan keinginan saya buat bisa bikin lagu menggebu-gebu, yah udah meski dengan software Fruity Loops di komputer seadanya sudah bisa bikin lagu dan itu semua terakomodir”. Bahkan untuk urusan ini ia pun memberi contoh. “Gw terinspirasi ketika seorang musisi elektronik asal Belgia tampil di Rumah Buku, Bandung hanya bermodalkan laptop doang, tapi dia PD aja. Dan edannya dia bisa tur keliling dunia,” lanjutnya.

Tak salah memang jika Elemental Gaze membawa musik elektronik lebih sederhana. Laptop, reverb, fruity loops, plug-ins, dan sederhana adalah 5 hal yang mendeskripsikan Elemental Gaze. Dalam setiap live performancenya, mereka bermodalkan barisan nada loops dengan laptop dan gitar berefek delay. Dengan barisan referensi band-band bergarda brit-pop/ shoegaze/ electronic seperti Blur, Graham Coxon, My Bloody Valentine, Cocteau Twins, Robin Guthrie, Morissey, The Milo, Pure Saturday, band-band elektronik 70-80's macam Kraftwerk, Devo, Depeche Mode, dan The Stone Roses membuat musik mereka bisa membuat kamu terbang melayang tapi hancur berkeping-keping bersamaan di angkasa raya sana. Depresif. Mungkin itu kata yang tepat untuk melukiskannya.

Semua ini bermula ketika tahun 2004. Fuad yang masih duduk di bangku SMU waktu itu menghabiskan waktu dengan banyak mendengarkan musik-musik elektronik dan shoegaze seperti My Bloody Valentine, Sigur Ros, God!speed You Black Emperor, dan M83 membuatnya berkeinginan untuk membuat sebuah band dengan konsep solo-project. Adalah Myrdal, teman sebangku Fuad, untuk kemudian membantu niat tulus Fuad dalam membuat musik. Akan kegemarannya dengan dunia visual, Myrdal membuat konsep musik Fuad waktu itu dengan menambahkan video art dalam setiap penampilannya. Dengan formasi dynamic-duo seperti ini mereka sempat terlibat dalam kompilasi band-band di sekolah mereka bernama “Dua Bersatu Compilation”. Sayang menginjak tahun 2006, masalah komunikasi mendera mereka. Karena kesibukan mereka masing-masing dan jarangnya berkomunikasi membuat Elemental gaze vakum sementara. Belum lagi Myrdal lebih memilih the Retros, band milik Myrdal lainnya.

Di tengah kevakuman, ada empat momen bangkitnya Elemental Gaze dari keterpurukan. Momen pertama ketika masuknya Bilan yang bermula dengan meremix lagu-lagu Elemental Gaze dan juga Luthfi (keyboard, guitar, soundscape), personil band Beautify, menjadikan formasi solid Elemental Gaze hingga saat ini. Momen kedua, ketika mereka tampil perdana dengan personil bertiga saat ini Fuad, Luthfi, dan Bilan ketika main di Magic World @ WTC Mangga Dua Jakarta. Momen ketiga adalah ketika tersebarnya musik mereka di radio-radio. Dan keempat, adanya manajer yang membuat band ini lebih terurus.

Nama Elemental Gaze itu diambil dari album solo Robin Guthrie, Imperia. Di mana dalam album tersebut ada satu lagu berjudul Elemental. “Nama 'elemental' itu seperti suatu penerawangan jauh dan dalam. Bahkan maknanya sendiri bisa memiliki makna yang transcendental. Dengan tambahan 'Gaze' jika diterawang lebih jauh lagi dan dalam itu bisa kerasa lebih dapat, kenapa namanya disebut Elemental Gaze,” kata Fuad menjelaskan tentang filosofis nama Elemental Gaze.

Dengan mayoritas para personil berusia 20 tahun, membuat mereka layak dianggap sebagai band baru yang diperhitungkan. Kini mereka sudah mulai sering menjajaki panggung musik dengan kesederhanaan a la Elemental Gaze. Rencana terdekat mereka saat ini yaitu merilis mini album oleh indie label asal Jepang, X-Tal Records. Jalan panjang yang masih membentang dalam perjalanan karir musikal mereka, dan dengan kesederhanaan mereka siap menjalani semuanya secara menyenangkan.

“Kami menjalankan band ini masih sangat fun. Nggak ada tekanan apapun. Kami masih kuliah dan kami memprioritaskan hal seperti itu. Untuk masalah tekanan bahwa suatu saat band ini bakal semakin besar kami tetap menjalani ini dengan sangat fun,” ujar Fuad diplomatis. “Karena apa yang kita lakukan gak jauh beda dengan seorang kutu buku diam di perpustakaan dan hanya baca buku.”

Yup, itulah Elemental Gaze. Mereka mewakili band-band elektronik yang sederhana dan tulus.

Elemental Gaze
Booking Contact

Fitrah - (022) 91106343
0813 94 250 666
Mail - notaloserstars@yahoo.com
Ym - notaloserstars

Friendster
elementalgaze@yahoo.com

Myspace
www.myspace.com/elementalgaze


TRIVIA:

1.Sang Manajer, Fitrah memiliki sebuah webzine bernama www.therainydays.tk
2.Fuad juga memiliki sebuah another side-project dengan konsep multimedia art bernama Multinarasi Analog!
3.Lagu mereka “Behind the Window I See” menjadi sountrack film indie “Gue”.
4.Ketika tampil di sebuah kafe di Bandung sempat terlihat “penampakan” makhluk gaib. Hal ini bisa dilihat di multiply band ini. Www.himynameisfitrah.multiply.com
5.Para personil band ini terbilang masih muda. Fuad berusia 20 tahun, Bilan berusia 20 tahun, dan Luthfi berusia 22 tahun. Young and restless heh????

Tidak ada komentar: